by ; Anjani Ratna Palupi
jarakmu yang engkau buat
sudah semakin menjauh
ufuk depaku tak sampai
ribuan kilo menjadi petaka
yang terasa sampah di mataku
dimana telah aku pahat lautan menjadi kerinduan
yang terdalam
kini, aku bakar menjadi abu-
abu yang hilang
oleh angin purba
kau janjikan rasa manis
kita kupas dengan embun
yang menetes di kala shubuh
dengan kembang-kembang
para, tahukah kamu ?
pada parasmu yang memudar, pada bayangmu yang
menghilang
rasa manis itu mengorek
lukaku
begitu sakit
bunga-bunga firdaus
puisi-puisi rembulan
angur dan kidung malam
dulu, menjadi ritual rindu yang
paling abadi
sekarang, aku serapahkan semua, padamu laki-laki
khabarmu terpenjera di ruang
batin penungguanku
kembali
menyulam sepi
kembali
air mata menjadi oase
kembali
langit dan matahari terasa asing mangawasiku
kembali
bayanganku sendiri tak aku
kenali
dan malam ini,
Tuhan
menjelma menjadi perjaka
yang tampan
Tgrg 71212
yang terasa sampah di mataku
dimana telah aku pahat lautan menjadi kerinduan
yang terdalam
kini, aku bakar menjadi abu-
abu yang hilang
oleh angin purba
kau janjikan rasa manis
kita kupas dengan embun
yang menetes di kala shubuh
dengan kembang-kembang
para, tahukah kamu ?
pada parasmu yang memudar, pada bayangmu yang
menghilang
rasa manis itu mengorek
lukaku
begitu sakit
bunga-bunga firdaus
puisi-puisi rembulan
angur dan kidung malam
dulu, menjadi ritual rindu yang
paling abadi
sekarang, aku serapahkan semua, padamu laki-laki
khabarmu terpenjera di ruang
batin penungguanku
kembali
menyulam sepi
kembali
air mata menjadi oase
kembali
langit dan matahari terasa asing mangawasiku
kembali
bayanganku sendiri tak aku
kenali
dan malam ini,
Tuhan
menjelma menjadi perjaka
yang tampan
Tgrg 71212
Tidak ada komentar:
Posting Komentar