by Syair Kelana
Lihat puncak bukit bambu masih membiru
Sudahilah air mata itu..
Jangan kau hitamkan mendung ini dgn isakan lara
Karna pesta memang harus berakhir
Dengarkan melodi aluan sungai barito
Mengapa masih kau basahi pipi mu dengan air mata
Segala mimpi tetap milik kita
Meski hanya sebuah mimpi
Angin masih setia membelai pucuk bambu
Cinta terlarang terlalu sulit tuk dimenangkan
Hanya menguras air mata di ujung luka
Terpuruk dalam kitidak berdayaan
Jalanan bukit masih basah mendaki
Rerumputan berduri menusuk jari jemari kaku
Saat kuhapuskan kegelisahan jiwamu
Tangismu tak terhenti
Kepak sayap burung terbang melintasi pepohonan
Kelak kau kan mengerti arti perpisahan ini
Adat menjerat kuat
Membentur naluri cinta yg sesungguhnya begitu suci
Waktu berderak tertatih tatih
Saatnya kembara membawa sekeping hati
Yg terluka dan harus pergi
Menjelajahi sisa kehidupan dlm sebuah karma
Lorong kenangan '06
Muara Teweh 26112012
Dengarkan melodi aluan sungai barito
Mengapa masih kau basahi pipi mu dengan air mata
Segala mimpi tetap milik kita
Meski hanya sebuah mimpi
Angin masih setia membelai pucuk bambu
Cinta terlarang terlalu sulit tuk dimenangkan
Hanya menguras air mata di ujung luka
Terpuruk dalam kitidak berdayaan
Jalanan bukit masih basah mendaki
Rerumputan berduri menusuk jari jemari kaku
Saat kuhapuskan kegelisahan jiwamu
Tangismu tak terhenti
Kepak sayap burung terbang melintasi pepohonan
Kelak kau kan mengerti arti perpisahan ini
Adat menjerat kuat
Membentur naluri cinta yg sesungguhnya begitu suci
Waktu berderak tertatih tatih
Saatnya kembara membawa sekeping hati
Yg terluka dan harus pergi
Menjelajahi sisa kehidupan dlm sebuah karma
Lorong kenangan '06
Muara Teweh 26112012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar