Senin, 08 Oktober 2012

Cungkup Airmata

by ; Aby Santika

Tanah basah dengan ruwatan antah-berantah disepuh air mata
lelembar daun telah patah di hamparan seprei yang telah kekal
tak ada yang bersulang, pun nasib ditelanjangi beramai-ramai
langit begitu gerimis, hanya tetes yang terdengar menuruni cungkup tersalibkan
aku tak mungkin berhenti di alur pelacuran serupa meratapi karib yang tenggelam

Dan tentang belasungkawa, kecuali firdaus dipenuhi pengungsian bugil "ketelanjangan"
sejumput ingatan disandingkan meski hanya nir air mata diasingkan
masih kurasakan keremangan keruh membungkus ruh keluasan sunyi
cungkup: isyarat berangkatmu di simpang dan aku masih bergegas

:ya gusti pemilik segala jasad yang rubuh, bukanlah kematian yang kembali dibangkitkan air mata
sebab telah kubangun rumah-rumah seperti ketika Isa dilangitkan
segalanya dihitung waktu sebelum menjemput
saat gerimis menggenapkan titik-titik sunyi, air mata memencilkan bias di tepi cungkup

Bandung,
30 September 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya semoga semua artikel di blog ini dapat bermanfaat untuk mempererat silaturahmi antar pujangga dan jangan lupa kembali lagi yah