Rabu, 26 September 2012

TARIAN KABUT

by ; Aby Santika

Ihwal perjamuan hanyalah sekat kepercayaan embun pada timba usia
aku berharap matamu mendekap sekujur kabut yang menggurat menemukan riak
seperti kelepak camar tak henti saling mengerling mengatupkan pagi yang terjaga

Lalu pada cawan yang kesekian, kita memanjat berahi yang mengutip satu awalan
- beterbangan ritmis sendawa angin ketika gemulai tarian sorongkan mimpi
dingin kembali tumpah saling berganti, dari dedaun yang mulai mengering
meski sebuah kisah berkelit tak kunjung kekal

Tarian dipinggulmu terus bergerak melampaui pukau kabut di gantungan musim
di tumpuk penantian serupa menghidupi masa lalu dalam pelukan embun
:tandus
seiring takdir berdegup riuh menentang gamelan tak bertuah

Ikutlah lebur melepas tawa yang terpahat sebelum maghrib
agar kian mengerti tentang kesakitan dan khianat matahari mengenang pagi
serta setiap dahagamu melingkarkan karma semua indera yang mulai lelah
kemudian kita terus melangkah dan bernyanyi bersama

Berabad, aku masih mengenalmu menyebutku kekasih
karena kabut yang terjelma, tidak menjadi raksa
erotis yang kita ikrarkan menyembul menzinahi semesta
lalu gairah mengguyur memberi kehidupan pada setiap pagi
: tarian kabut, ingatkah?

Bandung,
21 September 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya semoga semua artikel di blog ini dapat bermanfaat untuk mempererat silaturahmi antar pujangga dan jangan lupa kembali lagi yah