by, Sri Sudarianti
Ini kali ketiga
setelah beberapakali aku surut langkah
berdiri aku, diberanda rumah tua
duh, masih seperti 25 tahun yang lalu
aku datang dengan hati kelu
Perempuan tua
duduk diam-diam dipojok jendela
dingin tatapnya, surutkan langkah
lalu, panas mengaliri raga
menjalari nadi-nadi yang berdarah
mengalir
deras
hingga terciptalah telaga
Maafkan..
t'lah kuuntai ingatanmu dengan tibaku
Maafkan..
t'lah kurajut dukamu dengan salamku
Maafkan..
t'lah kucuil lukamu dengan wajahku
Duhai, Perempuan tua
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk duka yang kita gayut bersama
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk bening matamu yang selalu basah
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk luka yang kau simpan sejak lama
Namun kataku, hilang makna
Namun bibirku, hilang suara
hingga lenguh yang kita lagukan bersama
terbang bersama angin melalui jendela
berputar-putar di cakrawala
lalu kembali lagi memeluk sukma
Sumbawa Besar, 25 Agust '12
duh, masih seperti 25 tahun yang lalu
aku datang dengan hati kelu
Perempuan tua
duduk diam-diam dipojok jendela
dingin tatapnya, surutkan langkah
lalu, panas mengaliri raga
menjalari nadi-nadi yang berdarah
mengalir
deras
hingga terciptalah telaga
Maafkan..
t'lah kuuntai ingatanmu dengan tibaku
Maafkan..
t'lah kurajut dukamu dengan salamku
Maafkan..
t'lah kucuil lukamu dengan wajahku
Duhai, Perempuan tua
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk duka yang kita gayut bersama
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk bening matamu yang selalu basah
ijinkan kupanggil kau..Ibu
untuk luka yang kau simpan sejak lama
Namun kataku, hilang makna
Namun bibirku, hilang suara
hingga lenguh yang kita lagukan bersama
terbang bersama angin melalui jendela
berputar-putar di cakrawala
lalu kembali lagi memeluk sukma
Sumbawa Besar, 25 Agust '12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar